Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Top Ads

Sulitnya Menguak Kejahatan Lingkungan

KBR

Kejahatan lingkungan di Indonesia cukup memprihatinkan. Mulai dari pembalakan liar, pembakaran hutan, penggundulan lereng gunung, eksploitasi sumber daya alam secara tidak terkontrol dan lainnya. Sayangnya, untuk menguak kasus tersebut tidak mudah. Banyak tantangan harus harus dihadapi oleh jurnalis. Apalagi jenis berita ini kurang peminatnya.

Peran jurnalis salah satunya untuk menyajikan informasi yang up to date, akurat dan terpercaya. Namun pada kenyataannya tidak banyak orang yang suka dengan berita mengenai investigasi lingkungan. Bagi pekerja yang mengandalkan viewer sebagai parameter, isu lingkungan kurang menguntungkan.

Tantangan Jurnalis Investigasi Lingkungan

Dalam menyajikan berita yang akurat, jurnalis mempunyai idealis dimana sesuai dengan tuntutan profesi mereka harus bisa menguak semua persoalan di lapangan. Namun bagi yang fokus dalam masalah lingkungan hal ini tidak mudah. Selain sulitnya akses data yang menjadi dasar berita, diskriminasi dan intimidasi sering harus diterima.

Bahkan tidak jarang yang mendapat ancaman. Bagi jurnalis, bekerja di bidang investigasi lingkungan kerap harus mempertaruhkan nyawa. Apalagi jika temuannya menyudutkan satu pihak. Sebagai jurnalis, para pemburu berita dituntut untuk fair dan transparan dalam menyampaikan berita. 

Untuk mengantisipasi hal ini, peran lembaga terkait sangat penting. Adanya pusat data yang membantu penyediaan data berita sangat penting. Media pun menghadapi masalah ketika akan menayangkannya. Selain resiko dari pihak yang kurang berkenan, rendahnya minat baca tema ini kurang mampu mengundang pengiklan. 

Biaya Investigasi cukup Mahal 

Dalam melakukan liputan, media membutuhkan biaya yang cukup besar. Jika tujuannya hanya untuk ekonomi, jenis berita ini kurang menguntungkan. Namun investasi lingkungan tetap harus dilakukan. 
Peran berita dan informasi tersebut sangat penting bagi pemangku kebijakan, pemerintah dan penegak hukum. Berdasarkan laporan dari jurnalis, tidak sedikit kasus lingkungan, baik yang bersifat kemanusiaan, keamanan maupun kelestarian lingkungan akhirnya bisa terkuat. 

Kejahatan lingkungan sering berupa multiple crime dimana antara satu kasus dengan lainnya saling berkaitan. Tujuan pemberitaan hasil investigasi adalah perubahan perilaku yang diharapkan bisa membawa dampak positif bagi masyarakat. 

Untuk mengungkap kasus tersebut tidak bisa sendiri. Apalagi resiko yang dihadapi cukup tinggi. Perlu jaminan keamanan dalam mengungkap suatu masalah. Perlu kerja sama dengan pihak terkait sehingga bisa menampilkan informasi yang akurat dan dapat mengawal penyelesaian kasus secara tuntas. 

Pada kegiatan Championing Enviromental Crime Reporting in Indonesia 2021-2023", yang diselenggarakan di auditorium lantai 2, di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,  Senin, 20 Maret 2023, masalah ini menjadi pembahasan dengan tema “Tantangan dan Masa Depan Investigasi Lingkungan di Indonesia”. Acara tersebut diselenggarakan Enviromental Justice Foundation (EJF) bekerja sama dengan KBR dan Tempo Institute. 

Pada acara tersebut hadir Raynaldo G Sembiring (Direktur Eksekutif ICEL), Anton Aprianto (Pemimpin Redaksi Tempo.co), Azizah Nur Hapsari (senior campaigner/project Coordinator EJF), Roni Saputra  (Direktur Penegakan Hukum Auriga), dan dipandu Bagja Hidayat (Executive Editor Tempo).

Senior Campaigne/Project Coordinator EJF, Azizah Nur Hapsari mengatakan bahwa biaya investigasi kejahatan lingkungan sangat mahal. Namun tidak sedikit lembaga donor seperti EJF yang tetap berkomitmen memberikan pendanaan untuk penyelidikan kejahatan lingkungan sesuai dengan kebutuhan jurnalis investigator.

Sedangkan Anton Aprianto, Pemimpin Redaksi Tempo.co menyampaikan bahwa keselamatan jurnalis penting, bisa saja penelitian dilakukan sendiri, namun lebih berisiko dan dapat berujung hilangnya nyawa. Karena itu peran lembaga penyedia data seperti Auriga dalam mendukung investigasi sangat penting. 

Dalam forum yang sama, Raynaldo G. Sembiring, Direktur Eksekutif ICEL, menyampaikan bahwa masa depan investigasi kejahatan lingkungan akan lebih cerah jika ada joint monitoring. Temuan dari media perlu ditindaklanjuti oleh penegak hukum, sedangkan saat ini regulasi masih bertabrakan. Selain itu, penyelesaian kejahatan masih bersifat parsial.

Dengan adanya kolaborasi dari berbagai pihak memudahkan proses investigasi terhadap kasus lingkungan. Hal ini akan memberikan rasa aman dan tetap terjaganya sumberdaya dari pihak yang kurang bertanggung jawab. 

Posting Komentar untuk "Sulitnya Menguak Kejahatan Lingkungan"