Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Top Ads

Rehabilitas Sosial yang Terintegrasi untuk OYPMK & Disabilitas Siap Kerja

Ruang Publik KBR - Rehabilitasi Sosial Terintegrasi Untuk OYPMK & Disabilitas Siap Bekerja

Pada tanggal 30 Juni ini, Ruang Publik KBR bekerja sama dengan NLR Indonesia menggelar talkshow secara online. Kali ini mengangkat tema Rehabilitasi Sosial yang Terintegrasi dalam Membentuk OYPMK dan Disabilitas Siap Bekerja dan Berdaya.

Hadir sebagai nara sumber dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, Kemensos, ibu Sumiyatun S. Sos MSi dan dari sektor swasta, Tety Sianipar, direktur program Kerjabilitas.

Terbatasnya akses kerja bagi penyandang disabilitas

Saat ini penyandang disabilitas baik karena bawaan maupun penderita kusta atau  OYPMK dan disabilitas mengalami kendala untuk mendapat akses pekerjaan yang layak, terutama pada sektor formal. Tentu ini menjadi masalah sosial yang perlu segera tertangani. 

Dalam masyarakat masih ada stigma bahwa disabilitas tidak dapat bekerja secara maksimal, mempunyai keterbatasan gerak sehingga kurang dapat berkontribusi pada sektor usaha. Hal ini yang menyebabkan sebagian perusahaan enggan untuk memberikan kesempatan bekerja.

Sedangkan menurut Tety Sianipar, berdasarkan penelitian di luar negeri, disabilitas tetap dapat bekerja secara optimal pada bidang yang memungkinkan berkontribusi dengan keterbatasannya. Bahkan di beberapa perusahan justru kinerjanya meningkat setelah memberi kesempatan kepada disabilitas. 

Pilihannya masuk ke sektor non formal

Karena keterbatasan kesempatan ini, masih menurut Tety, akhirnya banyak penyandang disabilitas yang bekerja di sektor non formal. Sedangkan saat ini sudah banyak yang menyelesaikan pendidikan tinggi seperti S1 dari beberapa perguruan tinggi.

Perguruan tinggi yang memberikan kesempatan untuk penyandang disabilitas menuntut ilmu adalah UIN Yogyakarta dan Brawijaya. Dengan demikian berdasarkan kapasitas mereka mampu bersaing dengan calon pekerja yang lain.

Upaya pemerintah dalam mensupport disabilitas

Menurut ibu Sumiyatun, Kemensos mempunyai program Atensi (Asistensi Rehabilitas Sosial) untuk penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak disabilitas. Terdapat 26 hak, salah satunya pekerjaan. 
Kemensos menjembatani gap antara perusahaan dan disabilitas. Selain itu, juga memberi pelatihan kerja seperti membuat motor roda tiga dan memberikannya secara cuma-cuma untuk mobilitas. 

Peran serta pihak swasta

Kerjabilitas merupakan salah satu pihak swasta yang concern dengan disabilitas.  Lembaga ini support disabilitas untuk dapat masuk kerja di sektor formal dengan basic online. Caranya memaksimalkan apa yang sudah ada.

Kegiatan ini mulai tahun 2014 berdasar pada kondisi bahwa disabilitas banyak yang bekerja di sektor non formal karena itulah salah satu peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Sedangkan banyak yang mempunyai potensi. Perusahaan juga meragukan kemampuan disabilitas untuk dapat bekerja optimal. 
Kerjabilitasnya memberikan pemahaman tentang disabilitas, penyebutan, dan cara berinteraksi yang etis. Bukan hanya dapat bekerja tetapi juga berkeadilan sehingga dapat mendukung kinerja dan mereka merasa lebih nyaman. 

Paragame memberikan momentum awareness bahwa disabilitas ada dan bukan hanya di rumah tetapi bisa bekerja. “Potensi kerja untuk kawan disabilitas sudah semakin banyak” Lanjut Tety.

Awalnya Kerjabilitas mendorong disabilitas untuk apply secara mandiri. Namun hal tersebut ternyata tidak cukup dan secara rutin memberikan pelatihan untuk yang akan mencari kerja dengan soft skill. Tujuannya untuk mengetahui kemampuan dan kemauan terkait pekerjaan dan menjelaskan kebutuhan perusahaan seperti apa.

Selain itu juga membuat peta karir sehingga dapat membantu untuk memproyeksikan. Termasuk menghubungkan dengan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk hard skill sebagai modal masuk dunia kerja. Kerjabilitas mendukung 5 BLK menjadi inklusi disabilitas yang terletak di Surakarta, Banyuwangi Sidoarjo, Semarang dan Lombok Timur. 

Salah satu penyandang disabilitas, Bpk Edi dari Pariaman menyampaikan sudah mengikuti pelatihan pijat di Panti Sosial Bina Netra. Kendala yang dialami adalah keterbatasan modal usaha.
Sedangkan menurut ibu Sumiatun Pemda setempat perlu menjadi mediator untuk mengatasi hal tersebut. Bisa juga dengan menjembatani dengan CSR perusahaan yang ada.

Depnaker juga perlu turun tangan agar bisa lebih survive menjalankan usaha pijat. Sedangkan menurut Teti Sianipar salah satu opsi adalah dengan menghubungkan panti pijat yang ada untuk bisa mendapat kesempatan kerja. Tujuannya adalah OYPMK dan Disabilitas siap bekerja sesuai kemampuan. 



Posting Komentar untuk "Rehabilitas Sosial yang Terintegrasi untuk OYPMK & Disabilitas Siap Kerja"